Lagu Untuk Gaza Palestina: We will not go down

We will not go down In Gaza tonight dengerin liriknya, liat videonya..sungguh menggetarkan hati.. Bisa donlot mp3nya di sini

Sejak awal berdiri PBB memang jadi alat tunggangan negara-negara tertentu, terutama Amerika Serikat yang menjadi pemenang Perang Dunia 2. Dasar pemisahan Palestina dan Israel adalah Resolusi PBB No. 181, bisa dilihat di sini: http://en.wikipedia.org/wiki/1947_UN_Partition_Plan.

Saat itu PBB hanya beranggotakan 56 negara, bandingkan per 2006 yang 192 negara (3x lipat lebih). Negara kalah perang seperti Jerman dan Jepang tidak ada. Indonesia baru masuk 1950. Barangkali kalau resolusi tersebut divoting ulang, situasinya bisa jauh berbeda. Tentu perlu tekanan untuk ini, misalnya negara-negara Arab kompak menyerang Israel, dengan sebelumnya AS dan Inggris dijinakkan dulu (lewat nuklir?). Tapi ya realitas dari resolusi PBB, bisa jadi macan ompong, boleh dipilih boleh ditolak.

Konstelasi politik dunia saat ini memang masih warisan PD 2, di mana kiblat poleksosbud-hankam-iptek (nih pelajaran kapan ye?) masih tertuju ke negara-negara pemenang perang, atau aktivis perang, terutama AS. Padahal ada negara-negara di luar itu, misalnya Cina, Jepang, India, Brazil, Nigeria, termasuk Indonesia, yang peranannya tidak sedikit. Cara paling radikal mengubah kiblat, termasuk mengganti PBB, tampaknya mengadakan perang dunia baru, atau PD 3. Ongkosnya dari semua segi luar biasa mahal, tapi seperti biasa, tidak ada perubahan bila tidak ada tekanan. Negara-negara yang menang perang saat ini merasa jumawa dengan kekuatan militernya. Padahal AS kalah di Vietnam, gagal di Irak, konflik berkepanjangan di Afganistan. Nah, tinggal siapa lawan siapa, dan siapa yang mau ?

image"Saya benci kekerasan, karena hanya lebih banyak menimbulkan masalah ketimbang penyelesaian", demikian kata seorang teroris di sebuah film (apa hayo?). Di dunia nyata retorika semacam ini demikian kental, menjadi semacam dagelan. Padahal kekerasan ini pula yang melahirkan PBB beserta negara yang katanya adidaya, AS. Seperti pula alam yang melahirkan bencana untuk membuat keseimbangan baru.

Harap maklum bila saya rada sentimen terhadap AS, berhubung tindak tanduknya yang kelewat batas. Belum lama di TV lihat tulisan berjalan, defisit anggaran AS tahun 2009 $1,2 trilyun. Keren banged. Kalo stimulus gagal pasti bengkak lagi. Belum hutang AS yang $10,62 trilyun (realtime ada di http://www.brillig.com/debt_clock/ ). Menariknya, 44% dari hutang adalah pinjaman LN, di mana 40% dipegang Cina dan Jepang, http://en.wikipedia.org/wiki/United_States_public_debt .

Memang bukan berarti hutang segunung rakyat AS tergolong miskin. Boleh jadi duit mereka diputar di Las Vegas, Wall Street, negara-negara lain, dan seterusnya, termasuk juga di bawah bantal. Tapi hutang toh perlu dibayar, beserta bunga, yang kian lama besar. Belum lagi kalo kepercayaan publik turun, negara-negara lain menarik dana, apalagi sampai gagal bayar, ini pasti seru. Ujung-ujungnya ya cetak duit sebanyak-banyaknya, seperti Zimbabwe.

Namun celaka tiga bakul, mayoritas negara di dunia menyimpan cadangan devisa dalam US$. Jadi AS yang berbuat, kita yang menanggung beramai-ramai. AS memang biang kerok, racun dunia. Semoga saja perkembangan terakhir di dunia, termasuk krisis finansial dan politik, membawa hikmah yang baik.

1 Komentar »

  1. wallahi….lemahnya israel bagaikan rumah laba-laba, yg dengan mudah kita menghancurkannya. save palestina..!! wallahi billahi kejam \nya israel…..sumpah kalau kita diam atas semua ini, maka tak ada bedanya kita ama hewan yg paling hina diantara hewan yang lainnya, dan bahkan lebih hina…g masuk akal tindakan israel terhadap palestina.
    kami juga nulis artikel tentang palestina. judulnya “aku anak palestina” dan “The Boy in the Striped Pyjamas” liat aja di sini lngng klik aja
    http://masamudamasakritis.wordpress.com/
    jgn lupa tinggalkan komentar juga ya…!!

RSS feed for comments on this post · TrackBack URI

Tinggalkan komentar